Latar Belakang
Apa yang terbayang di benak Anda
saat mendengar kusta? Mungkin jijik adalah kesan pertama terlintas. Wajar jika
Anda merasa jijik dan menjauhi penderita, karena penyakit kusta adalah penyakit
menular yang punya efek serius jika tidak ditangani dengan tepat. Tapi
tahukah Anda bahwa akibat stigma negatif masyarakat malah jadi lingkaran setan
tak berkesudahan untuk penderita kusta dan keluarganya?
Permasalahan penyakit kusta ini
bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan
permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan
hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat
penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.
Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh
terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat
mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan
ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan
masyarakat.
Program pemberantasan penyakit
menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga
memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta
adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional
kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih
tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud
bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya,
keamanan dan ketahanan sosial.
Indonesia menempati peringkat
ketiga jumlah penderita baru kusta terbanyak di dunia sepanjang 2008, dengan
17.441 kasus di bawah India, 134.184 kasus, dan Brasil, 38.914 kasus. Menurut
Prof Tjandra, di Indonesia saat ini masih ada 14 Propinsi yang dengan
beban kusta yang tinggi, dengan angka penemuan kasus baru lebih besar
dari 10 per 100,000 penduduk atau penemuan kasus baru di atas 1.000 kasus per
tahun. Sampai akhir 2008 tercatat 17.441 kasus baru kusta di Indonesia.
Untuk menurunkan lebih lanjut
beban penyakit kusta dan mempertahankan kesinambungan kegiatan pemberantasan
kusta sebagai acuan bagi negara-negara yang masih mempunyai masalah dengan
penyakit ini, pada tahun 2006 WHO mengeluarkan panduan operasional “Global
Strategy for Further Reducing the Leprosy Burden and Sustaining Leprosy Control
Activities (2006 - 2010)”.
Apa Itu Kusta ?
DEFINISI
Istilah kusta berasal dari
bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara
umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang
menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga
penyakit ini disebut Morbus Hansen.
SEJARAH
Pendapat kusta adalah penyakit
menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae)
yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini
sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit
keturunan atau kutukan Tuhan.
PENYEBARAN
PENYAKIT KUSTA
Penyakit ini diduga berasal dari
Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat
perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan
antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia
di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara
isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V
yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk
menyebarkan agamanya dan berdagang.
PENYEBAB
PENYAKIT KUSTA
Penyakit kusta disebabkan oleh
kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah
kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai
namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol
sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak
membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT KUSTA
Cara-cara penularan penyakit
kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu
keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi
ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah :
1.
Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari
sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24
jam.
2.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya
adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis
maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan
berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang
tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum
penularan seperti halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya. Menurut Cocrane
(1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit
dengan kasus-kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat
ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya
tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan
daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam
penularan ini adalah :
1.
Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang
dewasa
2.
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak
dijangkiti
3.
Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak
dijangkiti
4.
Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara
endemis kusta adalah
negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah
5.
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang
sehat
TANDA-TANDA
PENYAKIT KUSTA
Tanda-tanda penyakit kusta
bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di
dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau
mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu :
1.
Adanya bercak tipis seperti panu pada
badan/tubuh manusia
2.
Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit,
tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
3.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf
ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang
kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
4.
Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul)
yarig tersebar pada kulit
5.
Alis rambut rontok
6.
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut
facies leomina (muka singa)
GEJALA-GEJALA
UMUM PADA LEPRA, REAKSI :
Panas dari derajat yang rendah sampai dengan
menggigil.
Anoreksia.
Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan
Pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis
dan hepatospleenomegali.
Neuritis.
PENCEGAHAN
PENULARAN PENYAKIT KUSTA
Hingga saat ini tidak ada
vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman
kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan
dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting
dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak
salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan
kepada penderita untuk berobat secara teratur.
Pengobatan kepada penderita
kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman
kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat
sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia
tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini
pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya
tempat-tempat yang lembab.
Ada beberapa obat yang dapat
menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus
kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang
ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta
memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada
setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :
1.
Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
2.
Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak
mungkin terkena kusta
3.
Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular
pada orang lain
4.
Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati
kira-kira 6 bulan secara teratur
5.
Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah
sebagian besar cacat fisik
MASALAH-MASALAH
YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTA
Seseorang yang merasakan dirinya
menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari
trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut :
1.
Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
2.
Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau
malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta.
3.
Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari
masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya.
4.
Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si
penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas
timbullah berbagai masalah antara lain:
1.
Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada
umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap
penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat
karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu,
apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain
(jadi pengemis, gelandangan dsb).
2.
Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga
menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan
tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya,
berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya,
dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan.
3.
Masalah Terhadap Masyarakat.
Pada
umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama,
sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak
dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan
kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit
kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat,
masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya.
Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan.
PENGOBATAN
PENYAKIT KUSTA
Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson
sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya
saja pengobatan mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi,
hal ini disebabkan oleh karena :
1.
Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan
terputus akibat dari lepra reaksi
2.
Waktu makan obat sangat lama sehingga
membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur
Selain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan
penderita kusta dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison,
Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik).
Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT
sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment),
yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.
Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan
harus :
1.
Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada
lembaran tambahan RFT secara teliti.
a. Semua
bercak masih nampak.
b. Kulit
yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
c. Semua
syaraf yang masih tebal.
d. Semua
cacat yang masih ada.
2.
Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya
diambil maka penderita langsung dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin
semar).
3.
Mencatat data tingkat cacat dan hasil
pemeriksaan skin semar dibuku register.
Pada
waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi penjelasan tentang
arti dan maksud RFT, yaitu :
a. Pengobatan
telah selesai.
b. Penderita
harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai luka.
c. Bila
ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang.
PENANGGULANGAN
PENYAKIT KUSTA
Penanggulangan penyakit kusta
telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta
menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode
penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan dan pengobatan, metode
rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,
rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari
rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok
tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan.
REFERENSI :
1.
Ngatimin Rusli HM, Upaya Menciptakan Masyarakat
Sehat di Pedesaan, Disertasi Pascasarjana, Ujung Pandang, 1987.
2.
Zulkifli (2003) Penyakit Kusta Dan Masalah Yang
Ditimbulkannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara
3.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan
Penyakit Kusta, Jakarta, 1996.
4.
Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin,
Kusta, FK-UI, 1988.
5.
Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah
Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI, Nomor 5, 1993.
6.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam
Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta, 1990.
7.
Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta,
1982.