Copy of foto danau batur

Followers

Advertisement (468 x 60px )

Latest News

Jumat, 19 November 2010

KARTUN SIMULASI PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR

Background

TANAH LONGSOR!

 

CERITA TENTANG PERAN MASYARAKAT DESA SAAT MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR

Editor: Ahmad Kholid

Menyambung dari cerita sebelumnya tentang simulasi bencana gunung api, Pada edisi ini persembahan kedua tentang cerita kartun yang menggambarkan tentang simulasi menghadapi bencana tanah longsor


Anda menginginkan kartun simulasi pembelajaran diatas, silahkan klik


Dibuat dan Diterbitkan Oleh Yayasan IDEP

Untuk Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat


Dikembangkan dengan dukungan dari

BAKORNAS PB, MPBI, UNESCO, USAID, ISDR, IFRC, PMI, OXFAM GB

dan Masyarakat Indonesia

Kamis, 18 November 2010

KARTUN SIMULASI PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API

Background
KARTUN SIMULASI
PENANGGULANGAN BENCANA
GUNUNG API

Editor : Ahmad Kholid



Anda menginginkan kartun simulasi pembelajaran diatas, silahkan klik



Dibuat dan Diterbitkan Oleh Yayasan IDEP

Untuk Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat


Dikembangkan dengan dukungan dari

BAKORNAS PB, MPBI, UNESCO, USAID, ISDR, IFRC, PMI, OXFAM GB

dan Masyarakat Indonesia


Minggu, 14 November 2010

THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR

Background

THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR


Disusun Oleh : Ahmad Kholid

 

Perilaku


        Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menumbuhkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.

Icek Ajzen dan Martin Fishbein mengemukakan Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) (Ajzen and Fisbein, 1980 dalam Brehm dan Kassin, 1990 : Ajzen, 1988) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pad tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma - norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu.

Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu;  yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).

        Behavioral beliefs menghasilkan sikap suka atau tidak suka berdasarkan perilaku individu tersebut. Normative beliefs menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau norma subyektif, sedangkan control beliefs menimbulkan kontrol terhadap perilaku tersebut. Dalam perpaduannya, ketiga faktor tersebut menghasilkan intensi perilaku (behavior intention). Secara umum, apabila sikap dan norma subyektif menunjuk ke arah positif serta semakin kuat kontrol yang dimiliki maka akan lebih besar kemungkinan seseorang akan cenderung melakukan perilaku tersebut.

      Tahapan intervensi tingkah laku berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) secara singkat dapat dilihat pada Gambar dibawah ini yang merupakan hipotesis atau       variabel laten. Variabel – variabel tersebut tidak dapat langsung diperoleh tetapi melalui tanggapan atau respon yang terlihat dan dapat diteliti.

Target perilaku dalam Theory of Plan Behavior

        Target perilaku yang diinginkan harus didefinisikan berdasarkan 4 (empat) elemen yaitu; Target, Action, Context dan Time (TACT). Target perilaku yang diinginkan memiliki prisip kesesuaian, kekhususan maupun keadaan umum, seperti dijelaskan berikut ini :

  1. Compatibility (Kesesuaian)

Walaupun keempat elemen TACT dari perilaku tersebut dapat didefinisikan, namun sangat penting untuk diteliti atau diamati tentang prinsip keserasian/kesesuaian (principle of compatibility) dari seluruh variabel yang membangun teori perilaku terencana ini (sikap, norma subyektif, kontrol terhadap perilaku, dan maksud / tujuan) untuk didefinisikan juga kedalam empat elemen TACT.  Selain itu, juga harus dinilai atau diperkirakan maksud dan tujuan dalam menjalankan perilaku tersebut.

  1. Specificity dan Generality (Kekhususan dan keadaan umum)

Elemen TACT dalam contoh kasus di atas merupakan contoh yang cukup spesifik, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk meningkatkan ke arah kondisi yang lebih umum untuk masing-masing elemen dengan melakukan agregasi atau penyatuan. Melihat perilaku hanya dalam satu peristiwa / kesempatan biasanya terlalu terbatas untuk menjadi nilai praktis yang lebih. Dengan cara yang sama, dalam beberapa kasus, konteks yang lebih spesifik mungkin tidak menarik. Elemen konteks yang lebih umum dapat dimuat dengan merekam seberapa sering perilaku tersebut dilakukan pada semua konteks yang relevan.

Argumen serupa juga dapat dilontarkan untuk elemen tindakan (Action). Namun demikian, harus digambarkan secara eksplisit perilaku yang dimaksud kepada para responden. Elemen TACT mendefinisikan perilaku dalam tingkat yang teoritis, responden mendefinisikan perilaku dalam konsep laten (tidak langsung). Sekali dapat didefinisikan, indikator nyata dari perilaku tersebut diperoleh baik dari observasi langsung maupun melalui laporan pribadi.

Sikap, norma subyektif, kontrol terhadap perilaku (perceived behavioral control) dan maksud / tujuan (intention) biasanya ditentukan secara langsung berdasarkan prosedur standar penghitungan (standard scaling procedures). Ketika melakukan penghitungan, indicator / ukuran yang digunakan harus sesuai dengan perilaku dalam elemen tindakan, target, tindakan, konteks, dan waktu (TACT).

 

Variabel Prediksi

1.      Standar Pengukuran Langsung (Standard Direct Measures)

Peneliti seringkali melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa indikator langsung dari suatu konsep yang membangun teori  ini dapat diperoleh dengan mengajukan beberapa pertanyaan terpilih secara sembarangan (tidak sesuai aturan), atau dengan mengadopsi pertanyaan yang digunakan pada studi sebelumnya. Walaupun pendekatan seperti ini seringkali mampu menemukan/mengetahui minat/ketertarikan responden, namun pendekatan ini dapat menghasilkan indikator dengan akurasi yang relatif rendah dan keterkaitan yang kurang antar konsep yang membangun teori ini.

Untuk memperoleh ukuran / indikator internal konsistensi secara akurat, penting untuk memilih bentuk dan pertanyaan yang sesuai dalam melakukan investigasi. Diperlukan pertanyaan yang berbeda untuk perilaku yang berbeda serta untuk populasi penelitian yang berbeda pula. Dalam kuesioner akhir, pertanyaan-pertanyaan untuk menilai suatu variable / konsep tertentu biasanya disusun secara terpisahdan disajikan dalam bentuk yang tidak sistematis, bercampur dengan pertanyaan untuk penilaian konsep lainnya.

2.      Maksud dan Tujuan (Intention)

Harus diperhatikan bahwa penting untuk memastikan bahwa pernyataan yang digunakan dalam studi harus memiliki kualitas yang   diterima secara psikologi (acceptable psychometric qualities). Paling  tidak,  sejumlah  pernyataan  yang  akan  digunakan  harus memiliki  tingkat  korelasi  yang  tinggi  satu  sama  lain.

3.      Sikap terhadap Perilaku (Attitude Towards the Behavior)

Untuk meyakinkan bahwa bipolar adjective yang dipilih sesuai (untuk perilaku tersebut dan minat populasi), harus dimulai dengan kumpulan yang relatif besar, misalnya skala 10 atau 12. Kumpulan awal dapat diambil dari daftar skala adjektif yang diterbitkan, yang berlaku untuk konsep dan populasi. Skala subset kecil yang menunjukkan internal konsistensi yang tinggi dipilih untuk indikator akhir.

Kriteria kedua untuk pemilihan pernyataan ditentukan berdasarkan aspek kualitatif dari evaluasi yang di tunjukkan dengan skala adjektif. Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai evaluasi secara keseluruhan dari  menjalankan perilaku seperti yang diminta.

Walaupun demikian, penelitian empiris menunjukkan bahwa evaluasi secara keseluruhan seringkali terdiri dari 2 (dua) komponen. Komponen pertama yaitu bersifat instrumental, ditunjukkan dengan pasangan kata adjektif (kata sifat) misal: bernilai --- tidak bernilai, dan merugikan --- menguntungkan. Komponen kedua lebih merupakan kualitas pengalaman dan ditunjukkan dengan skala seperti: menyenangi---tidak menyenangi.

Prosedur pemilihan pernyataan seperti yang digambarkan dalam menentukan indikator maksud / tujuan, juga berlaku pada pemilihan pernyataan untuk penskalaan sikap (attitude).

4.      Norma Subjektif (Subjective Norms)

Bagaimanapun, tanggapan dari pernyataan untuk kelompok norma subyektif seringkali memiliki keberagaman (variabilitas) yang rendah karena pada umumnya orang lain yang dianggap penting tersebut cenderung menyetujui perilaku yang memang diinginkan dan menolak perilaku yang tidak diinginkan.  Untuk mengatasi masalah ini, sangat direkomendasikan untuk menggunakan pertanyaan yang dapat menilai norma deskriptif, misalnya; pertanyaan yang menggambarkan apakah orang - orang terdekat (kerabat) tersebut juga melakukan kegiatan seperti yang ditanyakan. 

 Seperti halnya indikator perilaku, maksud/tujuan dan sikap terhadap perilaku, dalam menyusun pernyataan/pertanyaan untuk menentukan norma subyektif, harus dipastikan bahwa pertanyaan yang digunakan memiliki tingkat internal konsistensi yang tinggi.

5.      Kontrol Perilaku yang dapat diterima (Perceived Behavioral Control)

Indikator langsung dari kontrol perilaku harus menunjukkan kepercayaan diri responden bahwa mereka mampu melakukan kegiatan yang di minta oleh peneliti. Sejumlah pernyataan berbeda telah digunakan untuk kepentingan ini. Beberapa pernyataan diajukan sebagai kesulitan dalam melakukan perilaku tersebut atau kemungkinan partisipan mampu menjalankan perilaku tersebut. 

Pernyataan lainnya digunakan untuk menilai kontrol perilaku yang merujuk kepada kemampuan mengendalikan (controllability). Pernyataan ini menilai keyakinan partisipan bahwa mereka memiliki kendali untuk memutuskan apakah mereka akan menjalankan atau tidak menjalankan perilaku yang diminta. 

 

Pengukuran Perilaku

1.      Pengukuran Sikap Berperilaku (Attitude Toward the Behavior)

 Uji coba diperlukan untuk mengidentifikasi perilaku terbuka, normatif dan kontrol perilaku. Responden diberikan deskripsi dari sebuah perilaku dan diberi pertanyaan ilustrasi seperti contoh di bawah. Tanggapan yang diperoleh digunakan untuk mengidentifikasi keyakinan utama personal, yaitu keyakinan unik tertentu yang dimiliki masing-masing partisipan dalam penelitian ini. Selain itu juga digunakan untuk membuat daftar keyakinan utama yang paling umum dalam populasi tesebut (modal salient beliefs). Daftar ini dapat dijadikan dasar / landasan untuk menyusun kuesioner standar yang digunakan dalam penelitian utama.

Untuk memperoleh hasil dari perilaku, partisipan dalam studi percobaan diberi waktu beberapa menit untuk mengutarakan pemikiran mereka dalam menanggapi pertanyaan – pertanyaan yang ada.

2.      Pengukuran Keyakinan terhadap Perilaku (Behavioral Belief)

Ada 2 (dua) pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan masing –masing hasil yang timbul, baik apabila kita berhadapan dengan keyakinan personal maupun keyakinan utama yang paling umum (modal accessible beliefs). 

Kekuatan keyakinan dan evaluasi hasil untuk keyakinan terbuka yang berbeda akan menyediakan informasi sebenarnya tentang pertimbangan sikap yang menuntun orang dalam membuat keputusan apakah mereka setuju atau tidak terhadap perilaku tersebut. Kekuatan keyakinan dan evaluasi hasil juga dapat digunakan untuk memperoleh gabungan keyakinan (belief composite) yang diasumsikan untuk menentukan sikap terhadap perilaku sesuai dengan model harapan-nilai (expectancy-value model), seperti yang ditunjukan dalam persamaan di bawah ini :

 A ά ∑bi ei

 

Keterangan          :

A   = sikap

bi  = behavior beliefs

ei  = evaluation outcome

 

Kekuatan keyakinan dikalikan dengan evaluasi hasil, kemudian menjumlahkan seluruh hasilnya.

3.      Pengukuran Norma Subyektif (Subjective Norm)

 Pengukuran dari kekuatan keyakinan normatif dan motivasi untuk memenuhi keinginan orang yang berpengaruh menghasilkan gambaran mengenai tekanan normatif pada populasi tersebut. Gabungan keyakinan normatif secara keseluruhan diperoleh dengan menerapkan rumus harapan-nilai (expectancy – value formula).

Sama seperti halnya pada keyakinan perilaku (behavioral beliefs), penilaian optimal dari kekuatan keyakinan normatif dan motivasi untuk memenuhinya harus ditentukan secara empiris.

4.      Pengukuran Kontrol Perilaku yang dapat diterima (Perceived Behavioral Control)

Menghitung kemampuan dan kekuatan rata-rata dari keyakinan kendali yang berbeda – beda memberikan gambaran mengenai faktor yang dilihat sebagai pendukung atau penghalang kinerja perilaku. Dengan menggunakan rumus harapan-nilai, seperti yang terlihat pada persamaan di bawah ini, dapat diketahui gabungan keyakinan kendali.

            Seperti halnya pada sikap dan norma subjektif, analisa penilaian yang optimal perlu dilakukan dalam menetukan penilaian yang sesuai                 bagi kekuatan                 dan kemampuan keyakinan kendali untuk melengkapi pengukuran gabungan keyakinan.

Tabel 1. Konstruk Teori Perilaku Terencana, Definisi dan Pengukurannya

 

Konstruk

Definisi

Pengukuran

 

Niat berperilaku

Persepsi kemungkinan untuk melakukan suatu perilaku

Bipolar , skala suka-tidak suka, skor -3 hingga 3

Sikap

Pengukuran tidak langsung

 

 

Kepercayaan perilaku

Kepercayaan bahwa perilaku tertentu dihubungkan dengan beberapa atribut atau outcome

Bipolar, skala tidak suka-suka, skor -3 hingga +3

Evaluasi

Nilai yang diberikan terhadap outcome

Bipolar , skala baik-buruk, skor -3 hingga +3

 

Pengukuran langsung

Norma subjektif

Kepercayaan apakah sebagian besar orang akan menyetujuai atau menolak suatu perilaku

Bipolar, skala tidak setuju-setuju, skor -3 hingga +3

Pengukuran tidak langsung

 

 

 

Kepercayaan normatif

Kepercayaan apakah setiap orang yang dianggap sebagai referensi menyetujuai atau tidak menyetujui suatu perilaku

Bipolar, skala tidak setuju-setuju, skoe -3 hingga +3

Motivasi untuk melakukan

Motivasi untuk melakukan apa yang dipikirkan oleh referensi

Unipolar, skala tidak suka-suka, skor 1-7

 

Kontrol persepsi perilaku

 

 

Pengukuran langsung :

Semua pengukuran dari kontrol persepsi terhadap perilaku

Skala semantik diferensial, contoh : dibawah kontrol-tidak di bawah kontrol, mudah-sulit

Kepercayaan kontrol

Persepsi kemungkinan munculnya kondisi yang memfasilitasi atau menyulitkan

Skala tidak suka-suka, skor _3 hingga +3 atau 1-7

Kekuatan persepsi

Persepsi tentang efek dari setiap kondisi dalam berperilaku akan sulit atau mudah

Bipolar skala sulit-mudah, skor -3 hingga +3


CONTOH KASUS




Daftar Pustaka :

Ajzen, I. (1988). Attitudes, Personality and Behavior. Milton Keynes: OUP.

 

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 179-211.

 

Azwar, Saifuddin. (2003). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Icek Ajzen, ('88). Changing the behavior of people. Explanation of Theory of Planned Behavior. Journal 12 Manage The Executive Fast Track. www.12manage.com.



Anda Pengunjung Ke :