Ahmad Kholid
Bagi mahasiswa AKPER Ngudi Waluyo semester III, pada blog ini saya sediakan materi kuliah silahkan mahasiswa untuk download pada link dibawah ini atau klik pada gambar......
Selamat Belajar ...............
Advertisement (468 x 60px )
!-end>!-local>
Latest News
Minggu, 26 Februari 2012
Jumat, 03 Februari 2012
WASPADAI PENYAKIT PANCAROBA ! DAN BAGAIMANA CARA MENCEGAH ?
Ahmad Kholid
Flu
CARA PENCEGAHAN
Pergantian musim menjadi ajang
merajalelanya penyakit-penyakit tertentu. Cari tahu penyakit apa saja yang
berpotensi di musim pancaroba !
Saat pancaroba, tak hanya debu atau banjir yang membuat pusing,
penyakit tropik pun berdatangan. Nah, agar lebih waspada akan penyakit-penyakit
di musim pancaroba.
Pada saat peralihan musim penghujan ke musim kemarau, keluhan ISPA
(infeksi saluran pernapasan atas) bisa mendadak marak sekali. Mulai dari
rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis hingga laringitis. Umumnya gejala
ISPA dapat berupa demam, batuk, pilek atau bersin maupun sakit tenggorokan.
Maraknya kasus ISPA di awal musim
kemarau, memang mengikuti perubahan lingkungan yang merupakan sarana kondusif
bagi kuman penyebab ISPA untuk memperbanyak diri. Selain ISPA, penyakit alergi
seperti asma atau rhinitis juga sering muncul. Pada peralihan musim penghujan
ke musim kemarau yang berudara dingin dan kering serta banyak debu juga bisa
memicu asma kambuh.
Diare
Tingginya volume curah hujan
penyebab banjir, kencangnya angin penyebab debu beterbangan, membuat risiko
tercemarnya makanan/ minuman oleh kuman atau parasit penyebab diare kian
meningkat.
“Apalagi kalau air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan
kurang higienis, sudah tentu membuat kuman mudah masuk ke tubuh kita,” ungkap
Adji.
Infeksi bakteri, parasit, dan virus pada saluran pencernaan yang
masuk lewat makanan/ minuman ini kerap diidap anak dan balita karena sistem
kekebalan tubuh yang belum optimal.
Jangan meremehkan diare. Bila anak mengalami buang air besar yang
terlampau cair terus menerus, sebaiknya perhatikan intake cairan anak.
Memberikan minum yang cukup atau cairan oralit sangat banyak menolong
penderita, terutama menstabilkan elektrolit tubuhnya dan menurunkan risiko
perburukan. Intinya, tetap perhatikan asupan cairan penderita.
Flu
Umumnya diawali dengan gejala seperti demam, batuk pilek, rasa
kedinginan (menggigil), nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan. Berbeda dengan
diare, flu dapat ditularkan lewat droplet dari batuk atau bersin orang
yang menderita flu, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi virus
influenza. Jangan terlalu sering menyentuh daerah mulut dan hidung pada musim
tersebut!
Namun virus ini juga dapat dilemahkan oleh sinar matahari, sabun
dan desinfektan, sehingga masih dapat ditekan risiko penularannya.
Disentri
Gejala utamanya berupa diare, dengan tambahan lain seperti BAB
disertai lendir maupun darah dan biasanya disertai demam. Disentri dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella, E.coli, Salmonella dan Campylobacter
jejuni. Selain itu pada anak balita juga dapat disebabkan infeksi protozoa
parasit seperti Entamoeba hystolitica.
Pada musim pancaroba, disentri mudah menular melalui makanan/
minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi
sehingga perlu mendapatkan penanganan dokter sesegera mungkin
Batuk
Batuk pada dasarnya merupakan mekanisme tubuh mengeluarkan benda
asing yang berada di saluran pernafasan atas. Salah satunya, bisa disebabkan
oleh flu atau ISPA yang menyebabkan terjadinya lendir atau radang saluran
pernafasan.
Di musim pancaroba, di mana virus flu dan kuman penyebab ISPA
banyak berkembang biak, batuk pun semakin menjadi. Menanganinya, perlu dilakukan
penegakan diagnosis dahulu penyebab maupun etiologinya, barulah pengobatan bisa
diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.
Tifus dan Paratifus
Kuman Salmonella typhosa ini yang banyak berada dalam air
kotor yang tergenang maupun tanah, dapat berpindah ke makanan/ minuman dan
masuk ke dalam saluran pencernaan. Kuman ini kemudian menjadi penyebab radang
usus halus, menimbulkan gejala demam tinggi, menggigil, rasa lemah/ letih,
sakit perut, hilang nafsu makan dan terkadang disertai mual-muntah.
Diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosisnya.
Bila positif, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan
secara tepat agar tak terjadi komplikasi penyakit dan berakibat fatal.
Demam Berdarah Dengue
Di musim pancaroba, demam berdarah dengue bisa jadi mewabah
kembali. Umumnya pada kantong-kantong endemik DBD, sehingga dipastikan masih
ada perkembang biakan nyamuk aedes aegipty.
Di awal infeksi, orang yang menderita DBD akan mengalami demam
disertai sakit kepala, sakit perut, dan nyeri sendi mirip dengan gejala flu.
Namun bila sudah berjalan beberapa hari, kondisi tubuh penderita biasanya
semakin lemah. Dapat muncul perdarahan spontan pada kulit berupa bintik-bintik
merah (disebut petekhie), mimisan, perdarahan gusi dan lain-lain.
Pada hari ke-3 demam, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap pasien untuk menegakkan diagnosis. Penderita DBD
memerlukan intake cairan yang banyak untuk mencegah terjadinya syok
serta perburukan yang bisa datang dengan cepat. Sebaiknya bila menderita gejala
seperti demam tinggi mendadak, disertai sakit kepala, sakit perut dan tidak
memberikan respon yang baik terhadap obat penurun panas, harus segera
berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan semenjak dini. Serta
jangan lupa untuk selalu banyak minum.
Hepatitis A
Di musim pancaroba, Anda juga perlu mewaspadai penyakit hepatitis
A. Virus ini dapat menyebar melalui makanan/ minuman dan menginfeksi organ
hati.
Penyakit ini ditandai dengan rasa mual-muntah yang terus menerus,
lemah/ letih, serta demam dan dapat menyerang segala usia. Pada tahap lanjut,
gejala hepatitis A juga bisa diikuti dengan seluruh kulit, dan sklera mata
berwarna kuning. Bila menemukan gejala demam disertai bagian putih bola mata
berwarna kuning, sebaiknya penderita segera memeriksakan diri ke dokter.
CARA PENCEGAHAN
Meski seperti bisa diramalkan, penyakit di musim pancaroba masih
bisa dicegah, lho! Berikut beberapa caranya.
1.
Imunisasi
Cegah beberapa penyakit yang
mungkin muncul di musim pancaroba dengan memberikan vaksin semenjak dini. Di
antaranya, vaksin untuk demam tifoid, hepatitis A, vaksin campak dan
sebagainya.
2.
Makan Bergizi
Konsumsi makanan bergizi
lengkap dan seimbang terutama yang tinggi kandungan protein, vitamin A, vitamin
C sebagai antioksidan dan mineral terutama seng (zinc), agar tubuh memiliki
cukup pertahanan.
3.
Pelihara Lingkungan
Putuskan mata rantai penyakit
dengan menjaga lingkungan tetap bersih. Dan, hindarkan anak-anak dari tempat
yang berpotensi menularkan penyakit seperti rumah sakit.
4.
Lakukan Kebiasaan Baik
Bersama keluarga lakukan
kebiasaan seperti mencuci tangan setiap akan makan dan setelah bepergian,
karena terbukti mampu menurunkan angka kematian bayi, diare dan risiko flu
burung.
Sumber : Laili Damayanti
Senin, 02 Januari 2012
INDONESIA PERINGKAT 3 PENYAKIT KUSTA DI DUNIA
Ahmad Kholid
SEJARAH
Latar Belakang
Apa yang terbayang di benak Anda
saat mendengar kusta? Mungkin jijik adalah kesan pertama terlintas. Wajar jika
Anda merasa jijik dan menjauhi penderita, karena penyakit kusta adalah penyakit
menular yang punya efek serius jika tidak ditangani dengan tepat. Tapi
tahukah Anda bahwa akibat stigma negatif masyarakat malah jadi lingkaran setan
tak berkesudahan untuk penderita kusta dan keluarganya?
Permasalahan penyakit kusta ini
bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan
permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan
hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat
penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.
Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh
terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat
mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan
ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan
masyarakat.
Program pemberantasan penyakit
menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga
memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta
adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional
kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih
tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud
bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya,
keamanan dan ketahanan sosial.
Indonesia menempati peringkat
ketiga jumlah penderita baru kusta terbanyak di dunia sepanjang 2008, dengan
17.441 kasus di bawah India, 134.184 kasus, dan Brasil, 38.914 kasus. Menurut
Prof Tjandra, di Indonesia saat ini masih ada 14 Propinsi yang dengan
beban kusta yang tinggi, dengan angka penemuan kasus baru lebih besar
dari 10 per 100,000 penduduk atau penemuan kasus baru di atas 1.000 kasus per
tahun. Sampai akhir 2008 tercatat 17.441 kasus baru kusta di Indonesia.
Untuk menurunkan lebih lanjut
beban penyakit kusta dan mempertahankan kesinambungan kegiatan pemberantasan
kusta sebagai acuan bagi negara-negara yang masih mempunyai masalah dengan
penyakit ini, pada tahun 2006 WHO mengeluarkan panduan operasional “Global
Strategy for Further Reducing the Leprosy Burden and Sustaining Leprosy Control
Activities (2006 - 2010)”.
Apa Itu Kusta ?
DEFINISI
Istilah kusta berasal dari
bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara
umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang
menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga
penyakit ini disebut Morbus Hansen.
SEJARAH
Pendapat kusta adalah penyakit
menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae)
yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini
sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit
keturunan atau kutukan Tuhan.
PENYEBARAN
PENYAKIT KUSTA
Penyakit ini diduga berasal dari
Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat
perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan
antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia
di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara
isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V
yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk
menyebarkan agamanya dan berdagang.
PENYEBAB
PENYAKIT KUSTA
Penyakit kusta disebabkan oleh
kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah
kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai
namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol
sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak
membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT KUSTA
Cara-cara penularan penyakit
kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu
keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi
ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah :
1.
Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari
sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24
jam.
2.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya
adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis
maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan
berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang
tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum
penularan seperti halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya. Menurut Cocrane
(1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit
dengan kasus-kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat
ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya
tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan
daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam
penularan ini adalah :
1.
Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang
dewasa
2.
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak
dijangkiti
3.
Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak
dijangkiti
4.
Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara
endemis kusta adalah
negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah
5.
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang
sehat
TANDA-TANDA
PENYAKIT KUSTA
Tanda-tanda penyakit kusta
bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di
dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau
mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu :
1.
Adanya bercak tipis seperti panu pada
badan/tubuh manusia
2.
Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit,
tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
3.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf
ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang
kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
4.
Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul)
yarig tersebar pada kulit
5.
Alis rambut rontok
6.
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut
facies leomina (muka singa)
GEJALA-GEJALA
UMUM PADA LEPRA, REAKSI :
Panas dari derajat yang rendah sampai dengan
menggigil.
Anoreksia.
Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan
Pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis
dan hepatospleenomegali.
Neuritis.
PENCEGAHAN
PENULARAN PENYAKIT KUSTA
Hingga saat ini tidak ada
vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman
kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan
dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting
dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak
salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan
kepada penderita untuk berobat secara teratur.
Pengobatan kepada penderita
kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman
kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat
sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia
tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini
pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya
tempat-tempat yang lembab.
Ada beberapa obat yang dapat
menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus
kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang
ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta
memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada
setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :
1.
Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
2.
Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak
mungkin terkena kusta
3.
Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular
pada orang lain
4.
Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati
kira-kira 6 bulan secara teratur
5.
Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah
sebagian besar cacat fisik
MASALAH-MASALAH
YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTA
Seseorang yang merasakan dirinya
menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari
trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut :
1.
Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
2.
Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau
malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta.
3.
Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari
masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya.
4.
Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si
penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas
timbullah berbagai masalah antara lain:
1.
Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada
umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap
penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat
karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu,
apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain
(jadi pengemis, gelandangan dsb).
2.
Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga
menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan
tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya,
berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya,
dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan.
3.
Masalah Terhadap Masyarakat.
Pada
umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama,
sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak
dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan
kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit
kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat,
masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya.
Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan.
PENGOBATAN
PENYAKIT KUSTA
Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson
sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya
saja pengobatan mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi,
hal ini disebabkan oleh karena :
1.
Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan
terputus akibat dari lepra reaksi
2.
Waktu makan obat sangat lama sehingga
membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur
Selain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan
penderita kusta dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison,
Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik).
Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT
sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment),
yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.
Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan
harus :
1.
Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada
lembaran tambahan RFT secara teliti.
a. Semua
bercak masih nampak.
b. Kulit
yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
c. Semua
syaraf yang masih tebal.
d. Semua
cacat yang masih ada.
2.
Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya
diambil maka penderita langsung dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin
semar).
3.
Mencatat data tingkat cacat dan hasil
pemeriksaan skin semar dibuku register.
Pada
waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi penjelasan tentang
arti dan maksud RFT, yaitu :
a. Pengobatan
telah selesai.
b. Penderita
harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai luka.
c. Bila
ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang.
PENANGGULANGAN
PENYAKIT KUSTA
Penanggulangan penyakit kusta
telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta
menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode
penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan dan pengobatan, metode
rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,
rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari
rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok
tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan.
REFERENSI :
1.
Ngatimin Rusli HM, Upaya Menciptakan Masyarakat
Sehat di Pedesaan, Disertasi Pascasarjana, Ujung Pandang, 1987.
2.
Zulkifli (2003) Penyakit Kusta Dan Masalah Yang
Ditimbulkannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara
3.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan
Penyakit Kusta, Jakarta, 1996.
4.
Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin,
Kusta, FK-UI, 1988.
5.
Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah
Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI, Nomor 5, 1993.
6.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam
Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta, 1990.
7.
Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta,
1982.
8. Wibowo Eni (2010), Angka Kejadian Kusta Indonesia Terbesar Ketiga di Dunia www.healthylife.com
KUMPULAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Ahmad Kholid
Bagi para pembaca yang berminat, dan membutuhkan silahkan download link dibawah ini, semoga apa yang saya design bermanfaat bagi semuanya
Leaflet Air Bersih
Leaflet STOP Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Leaflet 7 Cara Cuci Tangan Pakai Sabun
Poster SADARI
Poster ASI Eksklusif
Poster 3T
Poster Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Poster TUMBANG
Poster PMT
Poster Diare
Poster Imunisasi
Poster Pencegahan Hypertensi
Poster 10 Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Poster Pijat Bayi (Part 1)
Poster Pijat Bayi (Part 2)
Poster Pijat Bayi (Part 3)
Poster Pijat Bayi (Part 4)
Poster Pijat Bayi (Part 5)
Bagi para pembaca yang berminat, dan membutuhkan silahkan download link dibawah ini, semoga apa yang saya design bermanfaat bagi semuanya
Leaflet Air Bersih
Leaflet STOP Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Leaflet 7 Cara Cuci Tangan Pakai Sabun
Poster SADARI
Poster ASI Eksklusif
Poster 3T
Poster Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Poster TUMBANG
Poster PMT
Poster Diare
Poster Imunisasi
Poster Pencegahan Hypertensi
Poster 10 Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Poster Pijat Bayi (Part 1)
Poster Pijat Bayi (Part 2)
Poster Pijat Bayi (Part 3)
Poster Pijat Bayi (Part 4)
Poster Pijat Bayi (Part 5)
Langganan:
Postingan (Atom)